Nama : Muhamad Zaenal Mahasin
NIM : 33101090166
Prodi/kelas : Hukum Keluarga Islam/E
Mata kuliah/Jam : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Khoirul Anwar, M.Ag.




SEJARAH PONDOK PESANTREN An-Nur NGRUKEM SEWON

pondok pesantren putra

Pertumbuhan dan perkembangan Pondok Pesantren tidak terlepas hubungannya dengan sejarah masuknya islam di Indonesia. Pendidikan Islam di Indonesia bermula ketika orang-orang yang masuk islam ingin mengetahahuai isi ajaran-ajaran agama yang baru dipeluknya, baik tata cara beribadah, membaca Al Qur’an, dan mengetahui islam lebih luas dan mendalam. Mereka ini belajar dirumah, surau langgar atau masjid. Di tempat inilah orang-orang yang baru masuk islam dan anak-anak mereka belajar membaca Al Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya, secara individu atau langsung.
Dalam perkembangannya untuk lebih memperdalam ilmu agama telah mendorong tumbuhnya Pesantren yang merupakan tempat untuk melanjutkan belajar agama setelah tamat belajar di surau, langgar atau masjid. Model pendidikan pesantren ini berkembang di seluruh Indonesia dengan nama corak dan bervariasi di Jawa di sebut Pesantren, di Aceh di kenal rangkang,di Sumatra di kenal surau, nama sekarang yang di kenal umum adalah Pondok Pesantren.
Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat, bahwa pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Ada dua pendapat mengenai awal berdirinya pondok pesanten di Indonesia, pertama pondok pesantren berakar pada tradisi islam itu sendiri pendapat kedua mengatakan bahwa system pendidikan model pondok pesantren asli Indonesia.

Seperti yang kita ketahui bahwa kemajuan dalam segala hal selalu bergerak secara dinamis dan cepat di sisi hal tersebut berdasarkan positif bagi kemajuaan umat, bangsa dan Negara tetapi disisi lain juga sebagai fasilitator atas pengaruh negatif yang tidak sesuai dengan moral bangsa Indonesia sehingga pada akhirnya banyaklah panyimpangan yang terjadi di masyarakat. Dengan alasan inilah seorang tokoh yang bernama KH. NAWAWI ABDUL AZIZ yang merupakan salah satu tokoh yang yang disegani oleh para HUFADZUL QUR’AN dalam bidang tahfidzil Qur’an dan Qiroa’ah As Sab’ah berusaha membangun tembok untuk membentengi masyarakat. Hal tersebut dari segala bentuk dampak negatif yang telah menjamur di masyarakat dengan niat agar masyakarat dapat menikmati jalan yang lurus sehingga dapat selamat di dunia dan akhirat. Sedangkan berdirinya Pondok Pesantren An Nur melewati beberapa periode :
1. Periode Perintisan ( 1966-1978 )
Perintisan pondok Pesantren An Nur mengalami proses yang sangat panjang yang dimulai pada tahun 1960 M. Beliau ( Bapak KH. Nawawi Abdul Aziz ) dipercaya untuk menjabat ketua Pengadilan Agama Kab. Bantul, kemudian sejak bertugas di PA Bantul, beliau mengetahui secara persis tentang kehidupan keagamaan di wilayah Bantul, dimana kondisi pada saat itu masih memprihatinkan. Melihat kenyataan yang demikian, Beliau merasa sudah saatnyalah mengamalkan dan mengajarkan Ilmu yang pernah didapat dari tempaan Pondok-Pondok Pesantren yang pernah Beliau terima kepada masyarakat, sehingga pada tahun 1964 M, dengan tekat yang bulat dan mantap Beliau pindah ke dusun Ngrukem Pendowoharjo Sewon Bantul Yogyakarta yang didampingi oleh Istri Beliau ( Ibu Nyai. Walidah Munawwir ) dan Putra pertama Beliau ( Bapak ‘Ashim Nawawi ). Walaupun Beliau dan keluarga hanya menempati sebuah rumah yang berukuran 7x5 m milik Al Marhum Bapak KH. Abdul Aziz, Beliau tetap semangat dan Ikhlas dalam mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat, sehingga dalam waktu yang singkat Beliau telah mampu menarik hati masyarakat. Pada tahun tersebut, Beliau mulai merintis pengajian-pengajian baik yang bersifat kuliah umum, sorogan, bandungan maupun klasikal. Pengajian/Kuliah umum diselenggarakan setiap senin malam yang sampai saat ini masih berjalan dan dikenal dengan sebutan malam selasan dan setiap jumat pagi. Sedangkan setiap subuh diadakan pengajian dengan sistim sorogan dan klasikal dengan materi Al Qur’an. sedangkan pada malam hari berlangsung kegiatan belajar di Madrasah Diniyah yang dulu bernama Madrasah Lailiyah Salafiyah An Nur yang sejak tahun 1976 pengelolaannya diserahkan kepada Bapak KH. Khudlori Abdul Aziz, santri Beliau yang merupakan putra asli Dusun Ngrukem.
Seiring dengan bergeraknya waktu, santri yang datang juga semakin banyak sehingga sangatlah primer untuk membangun asrama bagi semua santri yang ada. Maka dengan segenap kemampuan yang dimiliki, dan atas dukungan dari masyarakat yang dipelopori oleh Al Marhum bapak KH. Anwar, dibangunlah asrama pondok Pesantren An Nur dengan beberapa lokal.

2. Periode Pertumbuhan
Berhubung kebanyakan santri yang datang pada saat itu adalah putri maka yang pertama dibangun adalah asrama bagi santri putri. Pada hari Ahad Pon tanggal 18 April 1976 M diadakanlah rapat antara Bapak KH. Nawawi Abdul Aziz,Kh Ahmad Badawi Kholil dan Para Sesepuh untuk membahas pembangunan tersebut. Kemudian pada hari Ahad tanggal 12 September 1976 M yang bertepatan dengan 17 Romadlon 1396 H dimulailah pembangunan tersebut yang akhirnya selesai pada bulan April 1978 M, dan sejak saat itulah secara resmi Pondok Pesantren An Nur Berdiri.
Selang beberapa waktu, jumlah santri putra sudah bertambah banyak sehingga dibangunlah dua kamar ( yang sekarang telah dibongkar dan diganti dengan asrama yang baru sebanyak tiga lantai ).
3. Periode Perkembangan
Dari hari ke hari jumlah santri yang belajar di sini mengalami peningaktan pesat, sehingga dibutuhkan terobosan-terobosan yang baru untuk mengimbangi jumlah santri yang terus bertambah sehingga terciptalah suasana belajar yang kondusif yang pada akhirnya, proses transformasi ilmu Agama dapat berjalan dengan lancar.
Wahana pendidikan ini semakin lama semakin dikenal oleh masyarakat sehingga tidaklah mengherankan jika dalam waktu tiga tahun, santri yang belajar di Pondok ini telah mencapai 300 orang yang 70 persennya adalah penghafal Al Qur’an. Pada tahun tersebut juga dibangun asrama santri putra berlantai tiga dengan 18 kamar yang dilengkapi dengan Musholla, dapur, sumur kamar mandi dan wc, perpustakaan serta aula.
Keadaan tersebut terus maju dengan dinamis dan berkesinambungan. Sampai saat ini, Pondok Pesantren An Nur telah berbenah diri dengan fasilitas yang memadai. Hal tersebut sangatlah mendukung bagi tercapainya tujuan utama Pondok Pesantren An Nur yaitu :
1. Mencetak generasi Huffadzul Qur’an yang mampu menjunjung tinggi warisan Nabi serta mengamalkannya.
2. Membangun kemampuan santri yang berjiwa IMTAQ dan berwawasan IPTEK.
3. Membangun santri yang berakhlaqul karimah, bertaqwa, bermental kuat dan bertanggungjawab.
Sebagai pemenuhan kebutuhan primer santri atas sarana dan prasarana serta sebagai mediator demi tercapainya tujuan tersebut di atas, Pondok Pesantren An Nur selalu berusaha terus untuk membangun, merenofasi dan menambah lokal yang telah ada, antara lain :

1. Madrasah Diniyah Al Furqon ( 1989 M )
2. Madrasah Tsanawiyah ( Mts ) ( 1994 M )
3. Taman Pendidikan Al Qur'an ( TPQ ) ( 1994 M )
4. Madrasah ‘Aliyah Umum ( MAU ) ( 1997 M )
5. Madrasah ‘Aliyah Keagamaan ( MAK ) ( 1999 M )
6. Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur'an ( STIQ ) AN NUR, dengan 2 prodi yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Tafsir Hadits (TH) ( 2002 M ), pada tahun 2004 M dibuka program (D1,dan D2), dan sekarang telah menjadi  IIQ Annur , setelah menambah jurusan yaitu perbankan syariah dan ekonomi syariah
gedung Mts MA Annur


Kondisi Sosial Lingkungan Pon Pes An Nur
Pondok Pesantren An Nur dibangun di atas tanah wakaf kurang lebih 2 hektar di dusun Ngrukem Pendowoharjo Sewon Bantul Yogyakarta. Daerah ini termasuk daerah yang sangat subur karena tergolong tanah vulkanik dan juga didukung oleh curah hujan yang cukup. Dengan umurnya yang sudah hampir mencapai 30 tahun, Pondok Pesantren An Nur sudah sangat akrab dengan kehidupan masyarakat sekitar yang 90 persen adalah petani ekonomi menengah. Dalam waktu yang cukup lama pula masyarakat telah sangat banyak mengalami peningkatan terutama dalam hal kehidupan beragama.
Model Kepemilikan/Pengelolaan
Dalam pengelolaannya, Pondok Pesantren An Nur yang merupakan salah satu Pesantren yang bernafaskan Nahdlotul ‘Ulama ( NU ) pada awal berdirinya adalah milik keluarga. Kemudian setelah mengalami perkembangan yang sangat pesat, maka perlulah dibentuk sebuah Yayasan yang dapat menjembatani semua lembaga yang berada di bawahnya. maka, dibentuklah Yayasan Al Ma’had An Nur yang langsung dipimpin juga oleh Bapak KH. Nawawi Abdul Aziz.
Sebagai sebuah lembaga yang telah memiliki banyak santri, Pesantren ini juga melengkapi dirinya dengan beberapa lembaga yang bernaung di bawah Yayasan Al Ma’had An Nur, antara lain : TPQ An Nur, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah ‘Aliyah Umum dan Keagamaan, Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an An Nur dan Madrasah Diniyah Al Furqon.
Model Pendidikan
Dalam perjalannanya, pondok pesantren An Nur memiliki beberapa model pendidikan tergantung pada masing-masing lembaga yang ada di pondok pesantren ini, yaiu:
a. Marhalah Bi an-nadazri
Tingkatan ini diperuntukan bagi santri-santri yang tidak menghafal Al Qur’an, dengan penekanan pada pematangan tajwid tartil dan juga makhorijul huruf dan pendalaman kitab kitab kuning. Setiap harinya para santri yang tidak menghafal Al Qur’an, menyetorkan bacaan Al Qur’an secara nadzri kepada para khotim bil hifdzi yang masih bermukim di pondok pesantren.
b. Mahalah Tahfidz
Kelompok ini khusus bagi santri yang berminat menghafalkan Al Qur’an 30 juz, dimana saat ini tidak kurang dari 1000 santri putra dan putri yang belajar untuk menghfalkan Al Qur’an di pesantren ini. Dalam proses penghafalan para santri diasuh langsung oleh KH. Nawawi Abdul Aziz dengan metode bimbingan tahfidz. Disamping itu untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan hafalan para santri, maka setiap 6 bulan sekali diadakan Tes Peringkat Tahfidzul Qur’an dan Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ).
c. Marhalah Qiro’ah Sab’ah
Marhalah ini diperuntukan bagi para khotimin-khotimat (yang telah hafal Al Qur’an) yaitu mempelajari berbagai bentuk bacaan qiro’ah tujuh, sebagai program lanjutan bagi para santri telah hafal Al Qur’an, marhalah ini ini ditangani langsung pengasuh (KH. Nawawi Abdul Aziz). Madzhab yang dipakai dalam Qiro’ah As Sab’ah adalah madzhab hizril amani yang beliau terima dari Syaikh KH. Arwani Amin Kudus.
d. Madrasah Diniyah
Secara garis besar, Madrasah Diniyah terbagi menjadi menjadi dua cabang yaitu, Madrasah Diniyah yang diperuntukan bagi santri-santri Tahfidz (yang menghafal Al Qur’an) dan bagi santri-santri yang non-tahfidz. Tingkatan kelas Madrasah Diniyah ini pada dasarnya sama seperti Madrasah Diniyah pada umumnya yaitu tingkat ‘Ula dengan jenjang waktu 4 tahun, Wustho selama 2 tahun dan ‘Ulya dengan masa pendidikan selama 2 tahun.
Selain itu pondok pesantren annur memiliki perbedaan atau ciri khas yang berbeda dengan pondok lainya yaitu khiziban dimana semua para santri setiap ba’da subuh diwajiibkan mengikuti bimbingan yang di lafadzkan langsung oleh KH. Muslim nawawi kemudian ditirukan dengan tartil bacaan serta tajwidnya guna untuk evaluasi setelah menyetorkan hafalan kepada pak yai agar mempermudah untuk mengingat atau melafazdkan ayat ayat alquran. Juga terdapat beberapa ekstrakurikuler yang membantu para santri mewujudkan bakat bakat yang dimiliki, meliputi :
a. Seni qiro’ah
b. Seni hadroh
c. Seni kaligrafi
d. Seni qasidah bagi santri putri
e. Pencak silat pagar nusa

Komentar